![]() |
Suwanto : Pegiat Literasi dan Penulis Artikel di Media Massa |
WARTA MASSA, OPINI - Kalau kita telaah provokasi dalam ajaran Islam dapat dilihat dalam hadist, di antaranya yang diriwayatkan Imam Muslim 2182. Provokasi atau al-Tahrisy merupakan perbuatan setan. Dalam Hadis tersebut hanya setanlah yang melakukan kegiatan al-tahrisy atau provokasi.
Dan di masa pandemi Covid-19 ini narasi provokasi masih saja marak dilakukan. Kondisi yang seharusnya dihiasi dengan sikap gotong royong, saling bahu-membahu, dan tolong menolong, malah justru diwarnai dengan ujaran provokatif. Era digital yang berimbas pada distribusi informasi dan komunikasi tanpa sekat membuat penyebaran narasi provokasi ini lebih cepat dari pada cara konvensional.
Itu artinya, yang kita perangi saat ini bukan hanya Covid-19 saja, akan tetapi juga narasi provokatif berkaitan dengan pandemi Covid-19. Oleh karenanya, perlu dipahami bahwa dalam mengakses informasi yang beredar di medsos ataupun jagad maya, perlu memahami arah yang baik dan jalan yang lurus.
Kita tentunya memahami bahwa sejatinya tindakan provokasi adalah perbuatan setan. Ini adalah perbuatan yang harus selalu kita hindari untuk menggapai derajat manusia mulia. Dan kita juga tentunya enggan melakukan sesuatu yang dibenci Allah SWT.
Hati dan lisan kita harus selalu dijaga untuk senantiasa berada pada perbuatan yang dicintai oleh Allah SWT. Apalagi, dalam Islam juga mengajarkan untuk menjauhi perbuatan seperti berdusta (hoaks), mengumpat, menyebar desas-desus atau adu domba, provokasi, dan bersumpah palsu.
Kemudian, kita juga senantiasa menjaga pendengaran. Sebab, kata al-Ghazali, apa-apa yang dilarang diucapkan, maka Allah SWT juga melarang kita untuk mendengarnya. Pada intinya, sebisa mungkin sebagai manusia yang diajarkan untuk saling mengasihi satu sama lain hendaknya kita menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan yang dimurkai Allah SWT seperti provokasi. Karena ini adalah perbuatan setan, makhluk Allah yang sudah jelas-jelas dilaknat karena sombong.
Sebagai upaya memberantas berbagai narasi provokasi tersebut tentunya perlu adanya counter narrative yang berdasarkan nilai kedamaian dan keadilan. Sesegera mungkin kita turut ambil bagian untuk menangkal narasi provokasi tersebut supaya dapat kita tumpas sampai ke akar-akarnya. Bukan malah acuh atau apatis membiarkannya begitu saja. Karena kejahatan seperti provokasi kalau dibiarkan akan seumpama dengan bola salju yang menggelinding, semakin membesar dan bisa menggilas siapa saja yang dilewatinya.
Karena itu sudah sepatutnya masyarakat digital tidak mudah termakan mana kala menyerap informasi bernuansa provokatif. Kita harus segera melapor kepada pihak yang berwajib mana kala mendapati berita informasi meresahkan itu. Harapannya dengan itu semua mata rantai narasi provokasi di masa pandemi ini dapat kita putus dan kita ditumpas habis sampai ke akar-akarnya, semoga.
FOLLOW THE WARTA MASSA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow WARTA MASSA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram